Memahami Jiwa Anak

Pendidikan dan pengasuhan bagi seorang anak bukanlah tugas mudah yang didalamnyua orang tua dapat melakukannya dengan sedikit atau tanpa upaya keras. Kenyataannya,tugas ini membutuhkan penanganan dan temperamen yang lembut.
Ada banyak poin yang perlu dipertimbangkan demi mencapai keberhasilan upaya ini. Pendidik mesti mengakrabkan dirinya dengan jiwa anak.Ia tak dapat melakukan tugasnya tanpa mengetahui apek spiritual,psikologis,pendidikan,dan praktik dari pekerjaan tersebut. Dunia anak menjadi dunianya,imajinasi dan fantasi mereka menjadi unik baginya. Ini tak dapat disamakan dengan proses berfikir orang dewasa.
Jiwa anak itu lembut dan mudah terpengaruh.Anak-anak adalah miniatur manusia,yang belum memiliki identitas permanen,namun memiliki kapabilitas untuk mencapai perubahan itu. Pendidik anak meski memiliki kemampuan untuk mengerti dan mengenali manusia,juga mengenali pikiran anak. Ia harus memiliki mata yangb tajam untuk mengetahuikeruwetan dalam proses pengasuhan ini. Ia harus mengetahui kemapuan dan kegagalan manusia. Ia harus memiliki rasa tanggung jawab dan ketertarikan dalam pekerjaan itu.Ia harus pula bersabar dan tegar,sehingga kesulitan-kesulitan ini tak menguasainya.
Disamping itu peraturan pendidikan semestinya tidak kaku, sehingga dapat di implementasikan pada lingkungan yang berbeda.Peraturan seperti ini harus dimodifikasi dan diaplikasikan pada setiap individu anak sesuai kebutuhan fisik dan kemampuan mentalnya. Para orang tua mesti mengamati secara cermat pertumbuhan tubuh anak,dan mengajarkan kepadanya agar terus menjaga faktor ini dalam pikirannya.
Laki-lakin dan perempuan mesti memperoleh pengetahuan yang sama seputar pendidikan dan pelatihan sebelum menjadi orang tua. Pendidikan anak haruslah dimulai sejak lahir dan bahkan sejak masa kehamilan.Selama periode tersebut fondasi dari sifat alami anak dibentuk. Sifat alami,perilaku,dan proses berpikir mulai terbentuk.
Tak dapat dibenarkan apabila para orang tua tidak peduli terhadap masa yang nampak tidak aktif ini.Mereka menunda pengasuhan janin hingga benar-benar lahir. Mereka cenderung mengabaikan tugas ini hingga anak memiliki kemampuan untuk membedakan antara perilaku baik dan buruk.Sementara lebih mudah untuk memperbaiki kelakuan buruk di masa-masa awal,namun boleh jadi sulit,bila tak dapat dikatakan mustahil-untuk melakukan perbaikan semenjak kebiasaan-kebiasaan telah ditanamkan.
Imam ali berkata,”Politik yang paling sulit adalah mengubah kebiasaan orang”.
“kebiasaan itu melekat pada orang”
“kebiasaan itu menjadi sifat alami kedua”
Menghindari kebiasaan sangatlah sulit dilakukan,yang apabila dilakukan dapat dianggap sebagai doa’ terbaik.Imam ali berkata,” Menaklukkan kebiasaan buruk adalah salah satu do’a terbaik.’

Pustaka: Ibrahim amini,dalam buku Anakmu Amanat-Nya

Diantara Tanda Kekuasaan Allah

“Dan Dialah (Allah) yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Sehingga apabila angin itu telah membawa awan mendung,Kami halau ke suatu daerah yang tandus.Lalu kami turunkan hujan di daerah itu, maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati,Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”(Terjemahan Q.S. 7:57)

Ini adalah atsar-atsar rububiah di alam semesta,atsar(bekas) perbuatan,kekuasaan,dan pengaturan. Semua adalah ciptaan Allah,yang tidak layak ada Tuhan lain bagi manusia selain Dia. Dia(Allah) adalah Maha Pencipta dan Pemberi rezeki dengan sebab-sebab yang diberikannya sebagai rahmat kepada hamba-hamba-Nya. Setiap waktu angin bertiup,setiap waktu angin membawa awan,setiap waktu turun air dari awan. Akan tetapi, semua ini berhubungan dengan perbuatan Allah, sebagaimana hakikatnya. Ia adalah adalah sesuatu yang baru yang dipaparkan oleh Al-qur’an dengan dilukiskan pada pemandangan yang bergerak,seakan-akan mata memandangnya.
Allah meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira akan datangnya rahmat-Nya. Angin bertiup sesuai dengan hukum alam
yang diciptakan Allah pada alam semesta ini.Jadi,alam tidak menciptakan dirinya sendiri,yang kemudian membuat hukum untuk dirinya yang disebut hukum alam. Tetapi, tashawwur Islami didasarkan pada i’tikad bahwa semua peristiwa yang terjadi di alam ini meskipun terjadinya sesuai dengan undang-undang yang ditetapkan Allah-sebenarnya ia terjadi dan terealisir menurut ukuran tertentu untuk diwujudkan di alam nyata.
Urusan terdahulu yang berjalan menurut sunnatullah,tidak bertentangan dengan kaitan qadar Allah dengan setiap peristiwa dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sesuai dengan sunnatullah ini. Maka,peniupan angin,sesuai dengan undang-undang Ilahi pada alam(yang biasa disebut hukum alam),adalah salah satu dari berbagai macam peristiwa yang terjadi sesuai dengan ketentuan khusus untuknya.
Angin yang membawa awan juga berjalan sesuai hukum Allah pada alam semesta,tetapi ia berjalan sesuai dengan hukum yang khusus. Kemudian Allah menghalau awan dengan kadar tertentu ke “daerah yang mati”..padang atau tanah tandus. Kemudian dia menurunkan air dari awan itu dengan kadar tertentu pula. Setelah itu mengeluarkan bermacam-macam buah-buahan dengan kadar tertentu yang semua itu terjadi sesuai dengan undang-undang yang diciptakan Allah dan sesuai dengan tabiat alam serta tabiat kehidupan.
Tashawwur Islam dalam hal ini menolak apa yang dikatakan “kebetulan” pada semua yang terjadi pada alam ini, sejak penciptaan dan pemunculannya, hingga semua gerakan dan perubahan yang terjadi.Hal ini sebagai mana Islam juga menolak pemahaman Jabariyah yang menggambarkan alam sebagai sarana tanpa ada yang menciptakannya dan membuat peraturan tata geraknya. Kemudian membiarkannya bergerak sendiri seperti robot dengan sistem yang telah dibuat sedemikian rupa.
Allah menetapkan penciptaan dengan kehendak dan qadarnya. Kemudian menetapkan undang-undang yang baku dan peraturan yang berlaku. Akan tetapi, Ia juga menciptakan qadar yang menyertai setiap gerak undang-undang alam dan setiap kali tampak padanya sunnatullah. Yaitu, qadar yang menimbulkan gerak dan merealisasikan peraturan, sesuai dengan kehendak mutlak yang ada di balik sunnah dan aturan-aturan yang baku itu.
Ini adalah lukisan yang hidup, yang dapat melenyapkan kebodohan dari dalam hati,kebodohan mengenai sarana dan kekuatan pemaksa. Lalu membiarkannya selalu dalam kesadaran dan kontrol. Setiap kali terjadi suatu peristiwa sesuai dengan sunnatullah, dan setiap kali selesai suatu gerakan sesuai dengan undang-undang Allah, maka gemetarlah hati ini melihat berlakunya kekuasaan Allah,melihat tangan Allah yang bekerja. Lantas ia bertasbih kepada Allah, mengingat-Nya, merasa didalam pengawasan-Nya, dengan tidak melupakan alat-alat penentunya.
Inilah tashawwur Islam yang menhidupkan hati dan menyadarkan akal. Kemudian menghubungkan semuanya dengan perbuatan Sang Maha Pencipta yang tampak selalu aktual,dan menyucikan Sang Maha Pencipta yang selalu hadir dalam setiap saat,dalam setiap gerak,dan dalam setiap peristiwa yang terjadi di malam hari maupun di siang bolong.
Begitulah Al-qur’an mengaitkan hakikat kehidupan yang berkembang dengan kehendak Allah dan qadar-Nya di bumi ini. Juga dengan kejadian terakhir yang juga terwujud dengan kehendak dan qadar Allah,sesuai dengan manhaj yang dapat dilihat makhluk hidup di dalam menciptakan kehidupan ini,
“Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati,mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”
Mukjizat kehidupan ini mempunyai satu karakter,dibalik bentuk-bentuknya,gambar-gambarnya,dan kondisi yang melingkupinya. Inilah kesan yang diberikan dalam bagian akhir ayat ini.Sebagaimana Allah mengeluarkan kehidupan(tumbuh-tumbuhan) dari tanah yang mati atau tandus, maka ia juga akan mengeluarkan kehidupan dari manusia-manusia yang telah mati pada akhir perjalannya.
Sesungguhnya kehendak yang meniupkan kehidupan di dalam lukisan-lukisan kehidupan dan bentuk-bentuknya di muka bumi ini,adalah juga kehendak yang mengmbalikan kehidupan pada benda-benda yang mati. Kekuasaan yang mengeluarkan kehidupan dari benda-benda mati di dunia ini, adalah juga kekuasaan yang memberlakukan kehidupan pada manusia-manusia yang telah mati pada kali ini..

Pustaka: Tafsir Fizhilalil qur’an Jilid 4

Lubabah binti Al-Harits Bin Hazn Al-Hilaliyyah(Ibu Abdullah Bin Abbas)

Kalau kita membuka buku-buku biografi(tarajum)sahabat,kita akan mendapatkan dua nama yang sama,yaitu Lubabah biti Harits.Ternyata,keduanya adalah dua bersaudari(kakak-beradik).Lubabah yang besar(kubra) adalah ibu dari “si tinta Umat” Abdullah bin Abbas.Sedangkan Lubabah yang kecil(sugra) adalah ibu dari “si pedang Allah” Khalid bin Walid.
Lubabah yang kecil biasanya dijuluki al-Ishma’.Beberapa ulama bersilang pendapat dia(Lubabah kecil) termasuk dalam katagori sahabat atau tabi’in sebagaimana yang disinyalir oleh Abu Umar dalam al-Isti’ab.Namun,Ibnu Katsir memasukkan namanya dalam jajaran sahabat.Sedangkan, Lubabah yang besar,Biasanya dijuluki “Ummul Fadl”.Dia adalah istri Abbas bin Abdul Muththalib,ibu dari Fadhl,Abdullah,dan putranya yang lain.
Diantara keutamaan wanita pada masa Lubabah besar adalah dia termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam. Lubabah besar masuk Islam setelah Khadijah binti Khuwailid.Dalam hal ini,Abdullah bin Abbas pernah berkata”Saya dan ibu saya termasuk orang-orang muslim pertama yang tertindas dari kalangan wanita dan anak-anak(Riwayat Bukhari)
Lubabah besar termasuk salah seorang wanita muslimah yang cukup disegani dikalanagn kaumnya.Diantara keutamaan”Ummu Fadhl”(Lubabah besar) adalah wanita yang dikarunia saudara ipar dari kalangan mulia.Bagaimana tidak,saudarinya yang bernama Maimunah adalah istri Rasulullah SAW. Kemuadian datang Abbas menikahi adiknya yang bernama Lubabah.Adiknya yang lain bernama Salma,diperistri oleh Hamzah.Sedangkan adiknya yang lain juga yang bernama Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abu Thalib.Setelah Ja’far meninggal,datang Ja’far menikahi Asma’. Sepeninggal Abu bakar,Ali datang menikahi Asma’. Dalam al-Isti’ab,Abu Umar menuturkan bahwa Lubabah besar termasuk wanita yang subur(dari pernikahannya dengan Abbas,dia dikaruniai enam putra yang cerdas).Karena kewibawaannya di kalangan Arab,Rasulullah kerap kali mengunjunginya.Dalam periwayatan hadist,Lubabah besar juga meriwayatkan beberapa hadist dari Rasulullah SAW.Jumlah Hadist yang diriwatkan sebanyak 30 Hadist.Tiga diantaranya diriwayatkan dalam kitab Shahihain(bukhari-Muslim).Satu Hadist termasuk muttafaq “alaih(disepakati keabsahannya oleh Bukhari-Muslim),satu yang lainnya di riwayatkan Bukhari,sedangkan satu yang lainnya diriwatkan Muslim.Putranya Abdullah bin Abbas juga meriwayatkan dari ibunya.
Disebutkan dalam Shahih(Bukhari) bahwasannya para sahabat mengadu(Bertanya-tanya) apakah Rasulullah berpuasa pada hari Arafah? Lalu diutuslah”Ummu Fadhl” mendatangi beliau dengan membawa secawan susu.Rasulullah pun meminumnya di tempat wukuf.Maka para sahabat tahu bahwa beliau tidak berpuasa.
Demikian sekilas tentang Lubabah besar,Ibu Abdullah,yang sejak pertama berharap putranya kelak menjadi orang yang mencatat sejarah.Suatu hari,sambil menimang putranya(Abdullah) Lubabah berkata ” Saya telah korbankan tenaga dan keperawanku(demi putraku).Maka putraku ini harus jadi pemimpin,baik bagi orang yang keras maupun yang lembut”.
Ternyata harapan Lubabah pun tercapai,salah satu putranya yang bernama Abdullah menjadi pemimpin kaumnya dengan ilmunya,sehingga dia(Abdullah) mendapat gelar Habrul Ummah ‘Tinta Umat’.Demikianlah kelembutan seorang ibu kepada putranya.Lubabah meninggal sebelum suaminya Abbas bin Abi Thalib pada masa pemerintahan Utsman bin Affan.

#dikutip dari buku Perempuan-perempuan Mulai
Penulis: Muhammad Ibrahim Salim

Munajat Cinta

“Berjalan sendiri dikesunyian.
Melangkah menyusuri jalan dalam kesendirian .
Allah Maha sendiri,sebab Allah Maha Esa.
Manusia membutuhkan tongkat penunjuk Jalan,Sedang Allah tidak membutuhkan apapun jua.
Tongkat yang rapuh menjadi sandaran yang rapuh.
Tongkat yang kuat menjadi tumpuan yang sejati dalam mendampingi hati
yang menggelegar diamuk dosa dan kesalahan yang bergemuruh”